Kamis, 18 Desember 2008

Berfikir


BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan di dunia ini dengan berbagai permasalahan yang ada. Baik permasalahan individu, masyarakat, negara, atau pun dunia. Dan manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna karena manusia dikaruniai otak untuk berpikir. Karena keistimewaan tersebut manusia juga diberi tugas untuk menjadi kholifah di bumi. Permasalahan – permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari – hari mau tidak mau harus dicari problem solving atau solusinya. Di sinilah proses berpikir itu terjadi, karena pada saat inilah otak manusia dipaksa untuk memikirkan bagaimana solusi yang terbaik. Dan semakin kompleks permasalahan yang dihadapi maka akan semakin kompleks pula aktivitas berpikir kita. Jadi selama manusia masih hidup maka proses berpikir itu tidak akan terhenti.

  1. Rumusan Masalah
    1. Apakah yang dimaksud dengan berpikir ?
    2. Bagaimanakah proses berpikir pada manusia ?
    3. Apakah fungsi berpikir ?
    4. Apa saja jenis, tipe, dan pola berpikir ?
    5. Apa yang menghambat proses berpikir pada manusia ?

  1. Tujuan
    1. Mengetahui tentang pegertian berpikir.
    2. Mengetahui bagaimana proses berpikir pada manusia.
    3. Menetahui manfaat atau fungsi berpikir.
    4. Mengetahui jenis, tipe, dan pola berpikir.
    5. Mengetahui hal-hal yang menghambat proses berpikir pada manusia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Berfikir

Berfikir adalah aktvitas psikis yang bertujuan untuk memecahkan masalah sehingga mampu menemukan hubungan antar konsep. Berfikir dalam arti luas merupakan pergaulan dengan abstraksi. Berfikir berbeda dengan mengingat. Dalam berfikir aktivitas pribadi diarahkan pada usaha memecahkan suatu permasalahan, sedangkan mengingat aktivitas pribadi diarahkan pada penemuan hal – hal yang terlupakan.

Ada pun pengertian berfikir menurut para ahli, diantaranya :

1. Khodijah (2006 : 117)

Berfikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berfikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol – simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi berfikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item.

2. Drever (dalam walgito, 1997 dikutip khodijah, 2006 : 117)

Berfikir adalah melatih ide – ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah.

3. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006 : 117)

Berfikir adalah sebuah proses di mana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut – atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.

4. Davidoff (1987 : 222 – 24)

Mengatakan ada tiga halyang sering menyertai proses fikir, yaitu berfikir melalui imaginary, berfikir melalui perbuatan, dan berfikir representatif atau melalui konsep. Berfikir melalui imajiner adalah proses fikir melalui imajinasi atau analisis terhadap fakta untuk membuat keputusan. Misalnya seseorang ditanya : mana yang lebih besar antara gajah, kelinci, dan kupu – kupu. Mereka akan berusaha membuat imajinasi dan berusaha membuat imajinasi dan berusaha membandingkan ketiganya. Berfikir imajiner ini banyak digunakan untuk dalam menentukan kebenaran atau keadilan. Berfikir melalui perbuatan adalah proses berfikir melalui media perbuatan ( action ) gerakan tangan, gelengan kepala, atau melalui bagan yang dibuat untuk memperlancar menentukan hubungan. Berfikir representatif merupakan inti berfikir yang sesungguhnya. Proses berfikir representatif ini merupakan proses berfikir melalui konsep atau pengertian ang telah ada dalam fikiran. Berfikir representetif ini tidak sekedar imajintif dan berbuat, tetapi melibatkan pemehaman kemampuan tentang aktivitas, objek, kejadian, dan abstraksinya.

Jadi definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang.

B. Proses Berfikir

Proses awal dari berfikir adalah karena adanya masalah. Masalah yang timbul mengganggu sehingga perlu adanya pemecahan masalah. Masalah atau problem merupakan keadaan yang tidak menentu, Boring mengatakan bahwa a problem is difficult situation, one which, for some reason or other, apprecable holds up the action of the organism, very often because apparently incomtable elements. Jelas bahwa problem itu situasi yang sukar, didalamnya terdapat berbagai alasan yang saling bertentangan.

Pengertian lain tentang problem adalah kesenjangan ( gap ) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi, antara kenyataan yang terjadi dengan yang seharusnya ada, antara harapan dengan kenyataan. Karena kesenjangan itulah kita dituntut untuk mencari penyelesainnya. Cara mencari solusi ini adalah proses berfikir yang sesungguhnya. Terkadang permasalahan yang ada terlalu sulit dipecahkan, maka kita harus memakai hipotesis. Karena hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah. Hipotesis akan membantu dalam pemecahan masalah.Selanjutnya Woodworth menjelaskan bahwa dalam pemahaman terhadap problem melalui proses incubation of a difficult problem melalui :

  1. Preparation, ”loading up”; Pada saat semua keterangan yang akan membatu pemecahan masalah dikumpulkan dan dipelajari secara intensif. Karena merupakan langkah awal dalam pemecahan masalah.
  2. Incubation, ”while the problem is laid a side ”.Pada taraf ini tidak ada pemecahan yang sungguh – sungguh , kadang- kadang pada waktu tertentu. Misal pada waktu bangun pagi, melamun dsb.
  3. Illuminantion,”the happy thought or guildingidea that suggesta hypothesisleading to the solution; pada taraf ini merupakan waktu yang cemerlang, yang dipimpin oleh guiding idea yang baru, yang timbul sekonyong- konyong sehingga menyebabkan yang bersangkutan lebih giat memecahkan masalahnya.
  4. Verivication and elaboration, pada taraf ini ada penyelidikan yang sungguh- sungguh untuk menentukan sesuatu yang dicari.

Menurut Davidoff, 1987 (227- 33) problem solving merupakan proses pemecahan masalah melalui empat elemen, yaitu :

  1. Identification

Tahap ini individu aktif menemukan adanya problem. Individu berusaha memutuskan apakah problem itu ada seberapa jauh manfaatnya, dsb.

  1. Preparation

Pernyataan problem secara tepat merupakn kunci memahami problem itu sendiri. Ada empat pertanyaan yang dijadikan media untuk menyatakan problem, yaitu:

    1. Dimana kita sekarang, berkaitan dengan situasi saat ini.
    2. Apa yang kita cari atau kerjakan, berkaitan dengan tujuan.
    3. Hambatan apa yang mungkin muncul.
    4. Cara apa yang digunakan untuk mulai dari awal sampai tujuan.

Ada tiga hal yang sering menghambat dalam menyatakan problem, yaitu:

F Adanya data yang tidak jelas.

F Informasi yang tidak relevan.

F Informasi yang tidak lengkap.

  1. Presolution

Tahap ini pemecahan masalah telah berlangsung. Individu dapat memakai cara untuk memecahkannya. Semuanya melibatkan proses mental dalam memilih strategi, menganalisis dan memperoleh insight.

Robert Sternberg and Janet Davidson (1982) mengidentifikasi tiga proses kognitif yang membimbing kearah insight untuk memecahkan problem, yaitu :

F Selective encoding, yaitu kemampuan untuk memilih antara informasi yang relevan dengan yang tidak relevan.

F Selective combination, yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan informasi yanng diterima.

F Selective comparation, yaitu mencari hubungan antara informasi baru dengan yang lama.

Insight tetrjadi bergantung pada:

a. Pengetahuan yang mendahului.

b. Kemampuan prosese mental

c. Motivasi

d. Saat Incubasi

  1. Evaluasi

Adalah tahap penilaian tentang jalan yang digunakan apakah sesuai atau tidak. Semuanya itu sangat berkakitan dengan konsep yang dibentuk berdasarkan proses fikir.

Menurut John Dewey dalam buku How We Think menyatakan proses berfikir itu melalui lima langkah, yaitu:

  1. The problem or felt difficulty

Merasakan adanya suatu masalah atau kesulitan dan itu mendorong perlunya pemecahan.

  1. A statement of the problem

Merumuskan atau membatasi masalah. Dalam hal ini perlu adanya observasi untuk pengumpulan fakta yang berkaitan dengan masalah tersebut.

  1. The development of possible situation

Mengajukan pemecahan masalah dalam bentuk hipotesis. Hipotesis ini adalah pernyataan yang didasarkan pada suatu perkkiraan atau generalilsasi untuk menjelaskan fakta tentang penyebab masalah itu.

  1. The tentative acception of one solution

Merumuskan alasan- alasan dan akibat dari hipotesis yang dirumuskan secara deduktif.

  1. It’s final acceptance on rejection on the basic of proof.

Menguji hipotesis yang diajukan dengan berdasar fakta- fakta yang dikumpulkan melalui penelitian. Hasil pembuktian hipotesis ini dapat mengiuatkan hipotesis dalam arti yang diterima dan dapat pula melemahkan hipotesis dalam arti ditolak.

J. S. Roos, dalam Dakir (1993) menjelaskan bahwa proses berfikir itu sangat kompleks, tetapi pada prinsipnya ada dua, yaitu:

  1. Relation- finding

Apabila dikatakan hitam dan putih maka kita berpendapat itu adalah kebalikannya. Jadi ada hubungan antar dua pengertian tersebut dan keduanya tidak berdiri terlepas tetapi saling berhubungan.

  1. Correlation- finding

Apabila dikatakan ”Hitam, lawannya”, maka kita akan mengatakan putih. Fikiran kita terangsang dengan kata lawan, maka dalam pemikiran kita ada korelasi dengan sesuatu yang mungkin. Dalam hal ini pemberi ide dengan relasinya tidak dapat berdiri sendiri.

Bentuk- bentuk fikir

Gilliland berpendapat bahwa bentuk fikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

  1. Reverie (peranan)

Disini yang bersangkutan tidak begitu aktif dalam menghadapi masalah. Kadang hanya mengadakan recognize atau recall saja terhadap pengalalman yang lampau.

  1. Routine Thinking

Disini pribadi lebih aktif karena akan menghimpun berbagai pengalamannya untuk menghadapi masalah yang dihadapi.

Llinschoten membedakan tiga bentuk fikir, yaitu:

  1. Berfikikr Representatif

Pada bentuk ini terletak antara menanggap dan berfikir.

  1. Berfikir dengan pengertian

Pada bentuk ini mempunyai bangun yang seakan- akan pasif, bahkan lebih merupakan hasil daripada aktifitas.

  1. Berfikir membangun

Yang terdiri atas berfikir membangun dan berfikir pemecahan. Pada bentuk yang ketiga ini mempunyai sifat yang sungguh – sungguh aktif, yang biasanya diartikan sebagai fikiran murni.

William Stern membagi bentuk fikir sebagai berikut :

1. Fikiran kebendaan, yaitu bentuk fikir yang dalam prosesnya dibantu dengan berbagai benda yang konkret, yang menghasilkan pengertian umum bersifat kebendaan.

2. Fikiran sangkut paut, yaitu bentuk fikir melalui proses berfikir terhadap berbagai relasi perbandingan, relasi genetis (hubungan kausal ), hubungan final, relasi internasional ).

3. Fikiran arti, yaitu bentuk fikir yang menunjukan keaktifan fikir yang memberi arti pada benda dengan keadaan.

Dakir, 1993 mengatakan bahwa berdasar tingkatannya, berfikir dapat dikelompokan dalam 3 tingkatan, yaitu :

1.Berfikir abstrak, yaitu dihadapkan berbagai masalah yang tidak beraga. Dalam hal ini kita berhadapan dengan berbagi macam pengertian dan konsep yang sudah ada dalam benak kita untuk siap dioperasikan. Yang penting berfikir dalam bentuk ini adalah kemampuan untuk melakukan analisis terhadap pengertian atau konsep yang sudah ada.

2. Berfikir skematis, yaitu jika kita memecahkan masalah dibantu dengan berbagai skema, bagan, diagram, dan berbagai coretan untuk memudahkan mencari hubungan antar pengertian atau konsep tersebut.

3. Bersifat konkret, yaitu dalam menentukan pemecahan masalah dibantu dengan berbagai alat konkret agar dalam memecahkan masalah yang dihadapi seolah – olah dalam kenyataan.

C. Jenis, Tipe, dan Pola Berfikir

Ada berbagai jenis dan tipe berfikir. Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi 2 jenis berfikir, yaitu berfikir autistik dan berfikir langsung. Berfikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berfikir yang sangat pribadi menggunakan simbol –simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Berfikir langsung (directed thinking) yaitu berfikir untuk memecahkan masalah.

Menurut Kartono (1996, Khodijah, 2006:118) ada 6 pola berfikir, yaitu :

  1. Berfikir konkret, yaitu berfikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu.
  2. berfikir abstrak , yaitu berfikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannnya.
  3. berfikir klasifikatoris, yaituberfikir mengenai klasifikasi atau penngaturan menurut kelas – kelas tingkat tertentu.
  4. Berfikr analogis, yaitu berfikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar kemiripannya.
  5. Berfikir ilmiah, yaitu berfikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian – pembuktian.
  6. Berfikir pendek, yaitu lawan berfikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.

Sedangkan menurut De Bone (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan 2 tipe berfikir, sebagai berikut :

1. Berfikir vertikal (berfikir konvergen) yaitu tipe berfikir tradisional dan generatif logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.

2. Berfikir lateral (berfikir divergen) yaitu tipe berfikir selktif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berfikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.

  1. Berfikir membentuk Pengertian, Pendapat, dan Kesimpulan

Konsep atau pengertian

Hasil proses berfikir seseorang dapat berupa konsep. Konsep menurut Lefton (1991 : 237) concept are the mental categories people use to classify event and object with respect to common properties. Dari pengertian ini bahwa konsep merupakan kategori mental seseorang yang digunakan untuk mengklasifikasi kejadian dan objek pada umumnya. Konsep membantu seseorang untuk mengorganisasikan fikiran agar kejadian atau objek tersebut penuh arti.

Menurut Lefton, ada 5 cara untuk membentuk konsep, yaitu :

1. Meditation

Cara ini menyatakan bahwa dalam otak kita secara otomatis ada kemampuan untuk saling menghubungkan antara stimulus yang timbul dengan respon yang diinginkan. Hasil hubungan antar konsep itulah yang akan membentuk konsep baru.

2. Conservation focusing

Cara membentuk konsep melalui strategi problem solving dengan mengeliminasi berbagai ciri yang tidak berkaitan dan mencari alternatif kemungkinan pemecahan masalah. Dan hasil pemecahan masalah dapat membentuk konsep baru.

3. Reasoning

Cara membentuk konsep menggunakan proses berfikir membangkitkan dan mengevaluasi berbagai argumentasi untuk memperoleh kesimpulan yang benar. Cara ini ditempuh melalui syllogisme. Misalnya :

Semua manusia akan mati (premis mayor)

Ani adalah manusia (premis minor)

Jadi Ani juga akan mati (Kesimpulan)

4. Logic

Cara membentuk konsep melalui prosedur berfikir logis dengan meningkatkan keakuratan kesimpulan yang diperoleh. Cara merupakan kelanjutan dari reasoning yang dikembangkan melalui analisis deduktif dan induktif.

5. Decision making

Cara membentuk konsep melalui pengambilan keputusan berdasarkan penentuan alternatif kemungkinan yang terjadi menggunakan berbagai penilaian terhadap keuntugan dari alternatif yang diajukan.

Pengertian

Pengertian adalah hasil proses berfikir yang dilaksanakan secara aktif oleh seseorang. Pada dasarnya ada dua pengertian ( Dakir,1993), yaitu :

  1. Pengertian empiris, yaitu didapat dari pengalaman sehari – hari.
  2. Pengertian logis (ilmiah), didapat dari berbagai analisis pengetahuan yang dilaksanakan secara sadar.

Pengertian secara umum dapat diperoleh melalui lima tahap, yaitu :

1. Didahului dengan pengamatan

2. Dilanjutkan dengan penganalisaan terhadap ciri khususnya.

3. Diadakan berbagai komparasi dari berbagai ciri khususnya.

4. Ditarik suatu abstraksi, yaitu sifat spesifik yang dimiliki oleh masing – masing objek.

5. Kemudian diadakan berbagaimacam kombinasi untuk menentukan sifat umum susunannya herarkhinya.

Pendapat

Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

a. Pendapat afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan sesuatu, Misalnya Si Totok itu pandai, Si Rani rajin.

b. Pendapat negatif, yaitu pendapat yang menidakkan dan menegaskan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada hal tertentu, misalnya Si Totok bodoh, Si Ani malas.

c. Pendapat modalitas atau kemungkinan yaitu pendapat yang menyatakan ketidakpastian suatu sifat pada hal tertentu,misal hari ini mungkin hujan, Si Paijo mungkin tidak berangkat.

Kesimpulan atau pembentukan keputusan

Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasar pendapat yang telah ada. Macam-macam keputusan:

  1. Keputusan yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus ke pendapat umum. Misalnya:

Tembaga dipanaskan akan meleleh

Besi dipanaskan akan meleleh

Emas dipanaskan akan meleleh

Jadi kesimpulannya adalah semua logam kalau dipanaskan akan meleleh.

  1. Keputusan Deduktif

Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus. Misalnya :

Semua manusia akan terkena nasib mati,

Parjo adalah manusia

Jadi suatu saat Parjo juga akan mati

  1. Keputusan Analogis

Keputusan anlogis adalah keputusan yang diperoleh dengan cara membandingkan atau menyesuaikan dari pendapat – pandapat khusus yanglah ada. Misalnya :

Totok anak pintar,naik kelas (khususa). Jadi si Nari anak yang pintar itu juga akan naik kelas.

  1. Hambatan Dalam Berfikir

Tidak semua pemikiran yang kita lakukan dapat menghasilkan keputusan yang kita tuju. Ada hal – hal yang dapat menghambat proses berfikir pada manusia. Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993), menyatakan bahwa masalah yang menyebabkan hambatan fikir adalah :

    1. Karena data yang diperlukan tidak mencukupi
    2. Beberapa bahan yang telah ada kadng – kadang tidak diperlukan lagi, sehingga mengacau jalannya fikir
    3. Data yang ada tidak berhubungan antara satu dengan yang lain sehingga akan mengalami kesulitan dalam menyusun kerangka fikir.

Berfikir dan Bahasa

Bahasa merupakan salah satu alat berfikir diantara alat – alat lain (simbol, lambang, isyarat dll). Dengan bahasa kita dapat mengetahui jalan fikiran orang lain dan dapat bertukar pikiran dengan oramg lain. Kemampuan fikir seorang juga sangat tergantung pada penguasaan bahasa dari orang tersebut.

Antara bahasa dan berfikir terdapat kaitan yang sangat erat. Bila penguasaan bahasa seorang baik, maka jalan fikirannya pun juga baik, sehingga hasil pemikirannya pun akan runtut. Hasil fikir yang disampaikan dengan bahasa yang runtut akan mudah untuk dikomunikasikan pada orang lain. Plato mengatakan bahwa berbicar sebenarnya berfikir yang bersuara, sedangkan berfikir adalah berbicara dalam hati.

BAB III

PENUTUP

    1. Kesimpulan

Berfikir adalah aktivitas psikis yang terjadi saat individu menghadapi keadaan yang memerlukan solusi. Secara umum berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep dalam diri seorang. Proses berfikir terjadi ketika adanya suatu masalah yang mengganggu pribadi sehingga perlu adanya pemecahan masalah. Berfikir bermanfaat untuk membentuk pengertian, pendapat dan kesimpulan. Dalam berfikir terkadang terdapt hambatan salah satunya adalah bahasa. Penguasaan bahasa seorang berpengaruh padac tingkatan berfikirnya.

    1. Saran

Dalam menyelesaikan masalah sebaiknya kita berfikir dengan baik dan dalam keadaan yang fresh. Hambatan – hambatan yang ada harus diselesaikan atau dicari pemecahannya. Dan seharusnya proses berfikir yang kita lakukan dapat membentuk pengertian, pendapat, dan kesimpulan sehingga akan tercipta konsep baru untuk menyelesaikan masalah yang ada .

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar