Kamis, 18 Desember 2008

Perluasan Kalimat Tunggal


BAB I

PENDAHULUAN


Jenis kalimat dapat dibedakan dari berbagai sudut pandang yaitu jumlah klausanya,bentuk sintaksisnya,kelengkapan unsur-unsurnya dan susunan subjek dan predikatnya. Berdasarkan jumlah klausanya kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan majemuk. Disini akan dibahas tentang kalimat tunggal yaitu kalimat yang hanya terdiri dari 1 klausa. Dalam kalimat tunggal terdapat unsur wajib tapi tidak mustahil ada unsur tambahan seperti keterangan tempat,waktu,dan alat. Dan perluasan kalimat tunggal itu sendiri dilakukan dengan penambahan keterangan,unsur vokatif,dan konstruksi aposisi. Selain itu kalimat juga bisa diingkarkan dengan menambahkan kata-kata ingkar pada kalimat tersebut.

Rumusan masalah

1. Bagaimanakah proses perluasan pada kalimat tunggal?

2. Bagaimanakah cara membuat membuat pengingkaran pada kalimat?

Tujuan

1. Untuk mengetahui perluasan pada kalimat tunggal.

2. Untuk memahami cara mengingkarkan suatu kalimat.

BAB II

PEMBAHASAN

Perluasan Kalimat Tunggal

Perluasan kalimat tunggal dapat dilakukan dengan penambahan unsur keterangan, unsur vokatif dan konstruksi aposisi.

1. Keterangan

Keterangan adalah unsur tak wajib karena tanpa keteranganpun kalimat telah mempunyai makna sendiri.

Contoh:

1.Saya membakar hutan

2.Saya membakar hutan kemarin sore

Pada kalimat 1 dapat tertangkap makna yang utuh tapi dengan penambahan keterangan kalimat itu punya makna yang lebih lengkap. Dalam Bahasa Indonesia ada 9 keterangan yaitu:Waktu, Tempat, Tujuan, Cara, Penyerta, Alat, Perbandingan, Sebab, dan Keterangan Salingan.

A. Keterangan Waktu

Keterangan waktu yang berbentuk kata tunggal mencakupi kata seperti pernah, sering, selalu, kadang-kadang, biasanya, kemarin, sekarang,besok, lusa, tadi, dan nanti. Keterangan waktu yangt dapat membentuk frasa nominal dapat berupa pengulangan kata seperti pagi-pagi, malam-malam, siang-siang, dan sore-sore atau macam gabungan yang lain seperti sebentar lagi, kemarin dulu, dan tidak lama kemudian.

Contoh:

1. Pemerintah mengumumkan desentralisasi itu kemarin.

2. Dia biasanya dating ke kantor pagi-pagi.

3. Sebentar lagi kami sudah akan selesai dengan konsep itu.

Keterangan waktu yang membentuk frasa preposisional diawali preposisi dan kemudian diikuti nomina tertentu. Preposisi yang dipakai, antara lain di, dari, sampai, pada, sesudah, sebelum, ketika, sejak, buat, dan untuk. Frasa nominal yang mengikutinya bukanlah sebarang frasa nominal, melainkan frasanominal yang memiliki ciri waktu. Seperti pukul, tanggal, tahun, minggu, zaman, hari, bulan, masa, senin, kamis, januari,malam, permulaan, akhir pertunjukan, subuh, dan natal. Sebaliknya, frasa nominal yang tidak memiliki ciri waktu seperti itu, misalnya jembatan, tidak akan dapat dipakai sebagai keterangan waktu.

Contoh:

1. Mereka menunggu Anda sampai pukul lima sore.

2. Jatah ini harus dipakai untuk bulan depan.

3. Semua hadirin berdiri pada akhir pertunjukan itu.

4. Para penumpang turun pada akhir jembatan itu.

Frasa pada akhir jembatan itu pada kalimat (4) bukanlah keterangan waktu karena frasa nominal akhir jembatan tidak memiliki ciri waktu seperti akhir pertunjukan pada kalimat (3).

B. Keterangan Tempat

Keterangan tempat adalah keterangan yang menunjukkan tempat terjadinya peristiwa. Keterangan tempat hanya dapat diisi frasa preposisional. Preposisi yang dipakai, antara lain, di, ke, dari, sampai, dan pada. Sesudah preposisi itu terdaopat kata yang mempunyai ciri tempat: di sini, di sana, di situ, dari sana, dari sini, ke mana, dari situ, dan sebagainya.disampaing itu preposisi dapat pula bergabung dengan nomina lain untuk membentuk keterangan tempat asalkan nomina itu memiliki cirri sematis yang mengandung makna tempat. Seperti jembatan, rumah, Jakarta, nomor memiliki ciri sematis tempat, tetapi pukul, tanggal, dan tahun tidak.

Contoh:

1. Kita meletakkan batu pertama di sana.

2. Bom itu diletakkan di jembatan kereta api.

3. Kami berangkat dari rumah pukul enam.

4. Keluarganya akan pindah ke tahun.

Frasa preposisional yang berwujud mirip dapat menyatakan keterangan yang berbeda. Preposisi sampai misalnya, dapat dipakai dengan kata yang berciri sematis tempat maupun waktu.

Contoh:

1. Dia mengerjakan soal itu sampai pukul lima

tidak mustahil bahwa kedua makna itu terdapat dalam satu frasa yang sama.

Contoh:

1. Aku akan menantimu sampai di liang kubur.

Frasa sampai di liang kubur dapat berfungsi sebagai keterangan waktu atau tempat, bergantung pada konteks kalimat sebelumnya. Ada sekelompok seperti atas, bawah, dalam, dan belakang yang dapat membentuk keterangan tempat.

Contoh:

1. Soal itu sudah sampai ke atas.

2. Dokumen itu ada di bawah sekali.

3. Pencurian itu pasti dilakukan dari dalam.

Di samping sebagai nomina biasa, nomina seperti itu sering pula dipakai dengan nomina atau frasa nomina lain. Dalam konteks tertentu pemakaiannya ternyata manasuka.

Contoh:

1. a. Paspor itu ada di meja.

b. Paspor itu ada di atas meja.

2. a. Uangnya disimpan di lemari.

b. Uangnya disimpan di dalam lemari.

3. a. Paspor itu di lemari.

b. Paspor itu ada di atas lemari.

4. a. Uangnya ada di meja

Kalimat (1a) dan (1b) mempunyai tafsiran yang sama meskipun pada (1b) telah ditambahkan kata atas. Demikian pula (2a) dan (2b) yang telah ditambahkan kata dalam. Akan tetapi, kalau kita perhatikan kalimat (4) akan tampak ada tidaknya kata atas mempengaruhi makna kalimat. Pada (3a) kita tahu bahwa paspor yang dimaksud tentulah ada di dalam lemari; pada (4b) secara jelas dinyatakan bahwa paspor tersebut tidak di dalam, tetapi di atas lemari.

Adanya kesamaan dan perbedaan makna dan tafsiran seperti digambarkan di atas ditentukan oleh ciri sematis kata yang berdiri di belakang dan di depan kata seperti atas, bawah, dan dalam. Tampaknya tiap kata mempunyai kodrat sematis yang membawa pengaruh dalam hubungan dengan kata lain.

C. Keterangan Tujuan

Keterangan tujuan adalah keterangan yang menyatakan arah,jurusan,atau maksud perbuatan atau kejadian. Wujud keterangan tujuan selalu dalam bentuk frasa preposisional dan preposisi yang dipakai adalah demi,bagi,guna,untuk,dan buat. Yang dapat diikuti oleh frasa nominal seperti contoh dibawah yaitu:

1. Dia bersedia berkorban demi kepentingan negara.

2. Marilah kita mengheningkan cipta bagi pahlawan yang telah gugur.

3. Guna kerjasama yang baik kita memerlukan pengendalian diri.

Kata atau frasa yang berdiri dibelakang preposisi juga dapat berupa verba atau frasa verba.

Contoh:

1. Dia memang mempunyai tekad besar untuk merantau.

2. Guna menurunkan inflasi kita perlu mengencangkan ikat pinggang.

Dari segi maknanya keenam preposisi yang membentuk keterangan tujuan itu mempunyai makna yang sama atau mirip.

D. Keterangan Cara

Keterangan cara adalah keterangan yang menyatakan jalannya suatu peristiwa berlangsung. Keterangan cara dapat berupa kata tunggal atau frasa preposisional.

Kata tunggal yang menyatakan cara(sebagian menyatakan kekerapan) adalah seenaknya, semaumu, secepatnya, sepenuhnya, dan sebaliknya.letak keterangan umunya sesudah predikat atau objek(kalau ada) , tapi ada juga yang muncul di awal atau akhir kalimat.

Contoh:

  1. Dia berbicara seenaknya dengan atasannya.
  2. kamu boleh mengambil kue semaumu.
  3. Kami percaya soal itu sepenuhnya kepada anda.

Frasa preposisionalyang menyatakan cara biasanya terdiri atas preposisi dengan, secara, atau tanpa,dan dan objektiva( frasa objektival) atau nomina(frasa nominal) sebagai komplemen. Preosisi tanpa hanya bisa diikuti frasa nominal sebagai komplemennya. Jika komplemen preposisi berupa bentuk ulang objektiva, maka preposisi yang mendahuluinya dapat di lepaskan.

Contoh:

1. a. kereta itu meninggalkan stasiun dengan pelan-pelan.

b. kereta itu meninggalkan stasiun pelan-pelan.

2. a. dia mati dengan tenang

b. dia mati tenang.

Jika komplemen preposisi adalah nomina, preposisi dengan, secara atau tanpa dapat dipakai meskipun tidak selamanya di ptukarkan.

Contoh:

    1. marilah kita selesaikan sengketa itu secara jantan.
    2. tanpa sebuah modal anda tidak akan sukses.
    3. dengan keseriusan kamu akan mencapai tujuanmu.

(1) Keterangan cara juga dapat dibentuk denagn menambahkan se- dan –nya pada bentuk ulang kata tertentu.

Contoh:

  1. kami belajar sekeras-kerasnya.
  2. bentuklah anggota sebanyak-banyaknya.

(2) bentuk ulang dengan se-nya ini menyatakan makna elatif, dapat dinyatakan dengan se-mungkin.

Contoh:

  1. Kami sudah belajar sekeras mungkin.
  2. bentuklah anggota sebanyak mungkin.

(3) bentuk keterangan cara berwujud pengulangan kata tertentu dan diikuti oleh kata tertentu.

Contoh:

  1. waktu itu kami mempertahankannya mati-matian.
  2. dia terang-terangan menolak ajakan damai kami.
  3. sekarang banyak orang yang gila-gilaan.

(4) bentuk keterangan cara berupa partikel se- yang diikuti oleh kata tertentu.

Contoh:

  1. silahkan maju setapak.
  2. mereka mundur selangkah.

E. Keterangan Penyerta.

Keterangan penyerta keterangan yang menyatakan ada tidaknya orang yang menyertai orang lain dalam melakukan suatu perbuatan. Keterangan ini dibentuk dengan menggabungkan preposisi dengan, tanpa, atau bersama dengan kata atau frasa tertentu. Kata atau frasa yang berdiri dibelakang preposisi harus berupa wujud yang bernyawa atau dianggap bernyawa.

Contoh:

  1. Ibu ke pasar dengan saya
  2. dia membuat rumus itu dengan bawahannya.

F. Keterangan Alat.

Keteranga alat adalah keterangan yang menyatakan ada tidaknya alat yang dipakai untuk melakukan suatu perbuatan. Alatnya tidak harus dalam bentiuk benda konkret. Keterangan selalu berwujud frasa preposisional dengan memakai preposisi dengan atau tanpa.

Contoh:

1. Ani menghapus coretan tintanya dengan tip-ex.

2. mereka pergi kesekolah dengan sepeda.

3. kita akan gagal tanpa bantuan mereka.

Karena keterangan didahului preposisi dengan, sedangkan preposisi itu juga untuk keterangan penyerta atau keterangan cara, sehingga terdapat bentuk parallel.

Contoh:

  1. Saya bekerja dengan orang besar.
  2. Saya bekerja dengan kemauan besar.
  3. Saya bekerja dengan kapak besar.

Wujud luarnya sama akan tetapi macam nomina yang berdiri dibelakang preposisi nampak pada kalimat (a) orang adalah wujud bernyawa sehingga menyatakan penyerta. Sebaliknya, dengan kemauan besar pada kalimat (b) dan dengan kapak besar pada kalimat (c) tidak mungkin keterangan keterangan penyerta karena nomina kemauan atau kapak bukan benda bernyawa. Frasa dengan kemauan besar adalah keterangan cara, sedangkan dengan kapak besar adalah keterangan alat.

G. Keterangan Perbandingan

Keterangan perbandingan (atau kemiripan)adalah keterangan yang menyatakan kesetaraan atau kemiripan antara suatu keadaan, kejadian, atau perbuatan dengan keadaan, kejadian, atau perbuatan yang lain. Bentuk frasa dengan preposisi laksana, seperti, atau sebagai.

Contoh:

  1. tekadnya untuk merantau teguh laksana gunung karang.
  2. apakah selamanya kita akan hidup sebagai objek sejarah?
  3. berpikirlah seperti orang dewasa.

H. Keterangan Sebab.

Keterangan sebab adalah keterangan yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya suatu keadaan, kejadian, atau perbuatan. Wujudnya selalu frasa dengan preposisi karena, sebab, atau akibat,

Contoh:

  1. Banyak pemimpin dunia jatuh karena wanita
  2. sebab kelakuan anaknya, keluarga itu di jauhi para tetangganya.
  3. Gaji terasa kurang terus akibat inflansi.

I. Keterangan Kesalingan

Keterangan Kesalingan adalah keterangan yang menyatakan bahwa suatu perbuatan dilakukan secara berbalasan. Wujudnya yakni satu sama lain atau saling adalah tegar dan umumnya diletakan di sebelah kiri verba atau dibagian akhir kalimat.

Contoh:

  1. Kedua delegasi itu akan merundingkan pemulihan hubungan diplomatik satu sama lain.
  2. Ketua dan sekretaris Organisasi itu saling memberi satu sama lain.

Nomina Vokatif

Nomina vokatif adalah konstituen tambahan dalam ujaran berupa nomina atau frasa nominal yang menyatakan orang-orang itu siapa. Unsure vokatif itu bersifat manasuka dan letaknya dapat diawal,tengah,atau diakhir kalimat.

Contoh:

- Mir,tolong belikan rokok.

- Dan kamu,Dani,jangan bermain saja.

Ciri intonasi yang paling lazim bagi unsure vokatif adalah intonasi naik. Fungsi utama nomina vokatif adalah minta perhatian orang yang disapa,terutama jika ada pendengar lain. Nomina vokatif dapat berupa:

1. Nama orang dengan dengan atau tanpa gelar atau sapaan seperti Amir,Pak Raden,Bu Haji,dll.

2. Istilah kekerabatan seperti Ayah,Bapak,Ibu,dik,Abang,dll.

3. Ungkapan kasih saying seperti saying manis.

4. Ungkapan penanda profesi dengan atau tanpa sapaan seperti Tuan Dokter,Pak Guru,Pak Hakim,dll.

Aposisi

Kalimat tunggal dapat pula diperluas dengan cara menambahkan unsure tertentu yang beraposisi dengan salah saaatu unsur kalimat(biasanya unsur nominal)yang ada. Dua unsur kalimat disebut beraposisi jika kedua unsure itu sederajat dmempunyai acuan yang sama atau,paling tidak,paling tidak,salah satu mencakupi acuan unsure yang lainnya.

Contoh:

1. Ir. soekarno, presiden Indonesia pertama, adalah tokoh pendiri gerakan non-blok.

Bentuk Ir. Soekarno dan presiden Indonesia pertama masing-masing merupakan frasa nominal dan keduanya mengacu kepada orang yang sama. Dengan kata lain Ir. Soekarno dan presiden Indonesia pertama pada (1)itu beraposisi. Jenis konstruksi aposisi seperti terlihat pada (1) disebut aposisi penuh.

Contoh:

1. Murid-murid itu menyanyikan indonesia raya, lagu kebangsaan kita.

Aposisi sebagian

Contoh:

1. Alasannya sukar diterima.

2. Bahwa anaknya sakit keras sukar diterima.

Bentuk (2) tidak sama maknanya dengan (1) karena bentuk bahwa anaknya sakit keras dan menyatakan “alas an”tetapi “kenyataaan”. Jenis konstruksi aposisi demikian disebut aposisi sebagian.

Contoh:

1. Dr. pepen, waktu itu dokter puskesmas, mengoprasi saya.

2. Dia membelikan anaknya sebuah boneka, hadiah ulang tahunnya

3. Masalah penerimaan pegawai baru, salah satu acara rapat hari ini, perlu didahulukan.

Pada contoh itu hanya konstituen pertama (Dr. Pepen, sebuah boneka, dan masalah penerimaan pegawai baru) yang dapat digunakan untuk menggantikan konstruksi aposisi yang berkaitan dengan makna yang relative sama.

Pada contoh-contoh aposisi di atas, tampak bahwa konstituen pertama dan kedua dipisahkan dengan koma untuk mengisyaratkan bahwa konstituen yang mendahuluinya. Dalam bahasalisan, konstituen kedua itu akan diucapkan dengan kelompok tona tersendiri. Konstituen kedua pada contoh-contoh di atas berfungsi hanya sebagai penjelasan atau keterangan tambahan terhadap unsur pertama. Atas dasar itu, konstruksi aposisi seperti pada cotoh-contoh di atas disebut juga aposisi takmewatasi atau aposisi takrestriktif.perhatikan kalimat berikut

(1) Affandi pelukis itu akan tetap dikenang.

Bentuk Affandi diwatasi oleh pelukis dalam arti acuan bentuk Affandi itu menjadi terbatas pada orang tertentu yang profesinya adalah pelukis. Pada umumnya frasa nominal yang terdiri atas gelar, pangkat, atau jabatan yang diikuti nama diri tergolong aposisi mewatasi atau aposisi restriktif.

Contoh:

1. Ustad Amir tidak mengajar hari ini.

2. Kolonel Jafar sedang memimpin rapat.

Aposisi yang takmewatasi biasanya terbatas pada frasa nominal.makna unsur kedua dapat:

(1) Sama dengan yang pertama dengan makna yang (a) menyatakan jabatan, julukan atau pangkat,(b) mengidentifikasikan makna(acuan)konstituen pertama,dan (c) merumuskan kembali makna konstituen pertama;

(2) Berfungsi sebagai atribut terhadap konstituen pertama; atau

(3) Menyatakan bagian unsur pertama yang berupa (a) pemberian contoh atau (b) pengkhususan.

Contoh:

a. Kondamen operasi itu, (yaitu) Kolonel Edi, memerintahkan penyerangan. (menyatakan pangkat)

b. Kolonel Edi, (yaitu) komandan koperasi itu, memerintahkan penyerangan. (menyatakan jabatan)

c. Banyak pemuda, pejuang kemerdekaan itu, yang gugur selama revolusi fisik berlangsung. (atribut terhadap konstituen pertama)

penuh

Perilaku sintaksis

sebagian

Aposisi sama

julukan

Fungsi unsure kedua jabatan

Terhadap yang pertama atribut identifikasi

Perumusan ulang

Pemberi contoh

Bagian

pengkhususan

PENGINGKARAN

Pengingkaran atau negasi yitu proses yang mengungkapkan pertentangan. Isi makna suatu kalimat,dengan penambahan kata ingkar pada kalimat. Dalam Bahasa Indonesia terdapat 4 kata ingkar yaitu: tidak(tak),bukan,jangan,dan belum.

1. a. Semua warga Amerika mendukung Obama sebagai Presiden.

b. Semua warga Amerika tidak mendukung Obama menjadi Presiden.

2. a. Ayahnya seorang Polisi.

b. Ayahnya bukan seorang Polisi.

3. a. Buang sampah disembarang tempat.

b. Jangan buang sampah disembarang tempat.

4. a. Adik sudah mendapatkan pacar saat Valentine kemarin.

b. Adik belum mendapatkan pacar saat Valentine kemarin.

A. Pengingkaran Kalimat

Pengingkaran kalimat dilakukan dengan menambahkan kata ingkar yang sesuai diawal frasa predikatnya yang tidak mengandung bentuk sudah atau telah pada kalimat berpredikat.

  1. Verbal,jenis deklaratif dan interogratif
  2. Adjektival,jenis deklaratif,interogratif,dan ekstamatif
  3. Numeral,tak tentu. Jenis deklaratif dan interogatif

A. 1.a. Tuti akan datang nanti.

b. Tuti tidak akan datang nanti.

2.a. Apa mereka pergi kepasar?

b. Apa mereka tidak pergi kepasar?

B. 1.a. Ibunya sakit keras.

b. Ibunya tidak sakit keras.

2.a. Apa ayahnya marah?

b. Apa ayahnya tidak marah?

C. 1.a. Temanku banyak.

b. Temanku tidak banyak.

2.a. Apa uangnya banyak?

b. Apa uangnya tidak banyak?

Namun jika predikatnya mengandung kata sudah maka,kalimat pengingkarannya memakai kata belum.

1. a. Mereka sudah pulang.

b. Mereka belum pulang.

2. a. Apa kamu sudah makan?

b. Apa kamu belum makan?

Jika diamati maka kata ingkar belum digunakan untuk kalimat yang berpredikat kata verbal adjektifa dan numeral tak tentu. Jenis deklaratif dan interogatif dan tidak dapat dipakai pada kalimat ekslamatif,karena kalimat eksklamatif selalu menyatakan perasaan yang dalam pada sesuatu yang timbul secara tiba-tiba,sedang kata belum dan sudah mengandung ciri,makna proses. Sedang kata ingkar jangan digunakan hanya untuk mengingkarkan kalimat verbal dan adjektifa imperatif.

Contoh:

1. a. Tutup pintu itu.

b. Jangan tutup pintu itu.

2. a. Tolong pindahkan meja-meja itu.

b. Tolong jangan pindahkan meje-meje itu.

Kata ingkar bukan digunakan terutama untuk pengingkaran kalimat berpredikat nominal dan numeral tak tentu yang tergolong deklaratif dan interogatif.

Contoh:

1. a. Pak Indra orang Yogyakarta.

b. Pak Indra bukan orang Yogyakarta.

2. a. Apakah dia Sarjana PGSD UNY?

b. Apakah dia bukan Sarjana PGSD UNY?

Kata ingkar bukan dipakai juga sebagai ekor kalimat tanya berbentuk deklaratif ,baik positif maupun negatif yang menghendakai jawaban positif.

Contoh:

- Dia pergi kedokter,bukan?

- Dia tidak pergi kedokter,bukan?

Pemakaiannya ingkaran dapat dirangkum dalam bagan seperti ini:

Jenis Kalimat

Deklaratif

Interogatif

Imperatif

Ekslamatif

Verbal

Adjkektifal

Nominal

tidak,belum

tidak,belum

jangan

KATA INGKAR

tidak,belum

tidak,belum

jangan

tidak

bukan

bukan

Numeral

Tentu

bukan

bukan

Tak Tentu

tidak

tidak

B. Pengingkaran bagian kalimat

Bagian kalimat tertentu dapat diingkarkan dengan menempatkan kata ingkar yang sesuai di depan unsure yang diingkarkan itu. Salah satu jenis pengingkaran unsur kalimat adalah pengingkaran pengontrasan. Kata ingkar yang digunakan untuk tujuan itu adalah bukan, bukan … melainkan, tidak … tetapi …

contoh:

  1. Dia tiba bukan kemarin melainkan tadi pagi.
  2. Dia tidak berangkat dengan kereta api, tetapi dengan bus.
  3. Saya ingin minum, bukan makan.

Untuk menguatkan pengontrasan itu, kata ingkar bukan diberi partikel –nya seperti pada contoh berikut.

  1. Dia tidak masuk bukannya karena sakit melainkan karena malas.
  2. Waktu dipanggil, anak itu bukannya datang malah lari.
  3. Pada contoh 1 dan 2 itu tampak dua bentuk penghubung yaitu melainkan.

Bentuk malah khusus digunakan untuk mempertentangkan dua unsur yang kontradiktif, sedangkan bentuk melainkan untuk unsur-unsur yang tidak kontradiktif.

Pengingkaran unsur kalimat tertentu juga terjadi pada kalimat verbal yang mengandung bentuk seperti mungkin, ingin, mau, boleh, dan bisa. Penempatan kata ingkar tidak di depan kata-kata itu cenderung hanya mengingkarkan kata-kata tersebut.

Contoh:

  1. Dia tidak mungkin datang
  2. Mungkin dia tidak datang

  1. Mereka tidak ingin mengadakan pesta.
  2. Ingin mereka tidak mengadakan pesta.

  1. Dia tidak boleh ikut.
  2. Boleh dia tidak ikut.

Kalimat (b) pada contoh-contoh di atas memperlihatkan bahwa kata ingkar di depan bentuk mungkin, ingin boleh, mau, perlu, dan sejenisnya hanya mengingkarkan bentuk-bentuk itu. Unsur kalimat tertentu dapat pula diingkarkan dengan menggunakan kata yang bermakna negatif sseperti tanpa,mustahil,dan tak pernah.

Contoh:

1. a. Dia menyelesaikan kuliahnya dengan bantuan orang tuanya.

b. Dia menyelesaikan kuliahnya tanpa bantuan orang tuanya.

2. a. Dia mungkin akan bunuh diri.

b. Dia mustahil akan bunuh diri.

3. a. Dia selalu bersikap ramah.

b. Dia tak pernah bersikap ramah.

Contoh tersebut menunjukan bahwa bentuk tanpa,mustahil,dan tak pernah mengingkarkan makna dengan,mungkan dan selalu. Selain itu ada ungkapan yang bermakna negatif umumnya adverbial seperti jarang, kadang-kadang dengan sedikit yang mengingkarkan kata sering, acap kali dan banyak.

Lingkup Pengingkaran

Kata ingkar seperti tidak punya ruang lingkup pengingkaran yang berbeda tergantung ada tidaknya keterangan pada kalimat.

Contoh:

  1. Dia membunuh orang itu.
  2. Dia tidak membunuh orang itu.
  3. Dia tidak membunuh orang itu kemarin.

Pada contoh (a) pembunuhan itu terjadi. Pada contoh (b) pembunuhann itu tidak terjadi. Pada contoh (c) ada keterangan waktu kemarin berarti pembunuhan itu tetap terjadi makna kalimatnya ditentukan oleh letak tekanan kata. Contoh: Dia tidak membunuh orang itu kemarin maka maknanya pembunuhan tetap terjadi bukan orang itu yang dibunuh tapi orang ini yang dibunuh.

Apabila tekanan diletakan pada keterangan waktu kemarin yaitu: Dia tidak membunuh orang itu kemarin. Maka pembunuhan itu tetap terjadi tapi waktunya bukan kemarin.

Dari penjelasan di atas tampak bahwa makna pengingkaran berpindah-pindah sesuai dengan tekanan yang kita berikan.

BAB III
PENUTUP



A. Kesimpulan

a. Suatu kalimat dapat mengalami perluasan dari unsur wajibnya seperti Subjek, Predikat, Objek, Pelengkap. Perluasan kalimat tunggal dapat dilakukan dengan penambahan unsur keterangan,nsur vokatif, dan konstruksi aposisi. Perluasan kalimat dengan penambahan unsur keterangan dapat berupa:

- Keterangan Waktu - Keterangan Penyerta

- Keterangan Tempat - Keterangan Alat

- Keterangan Tujuan - Keterangan Pembandingan

- Keterangan Cara - Keterangan Sebab

- Keterangan Kesalingan

1. Penambahan dengan unsur vokatif yaitu dengan menambahkan ujaran berupa nomina atau frasa nominal yang menyatakan orang yang disapa.

Contoh: Tuti anda mau makan apa?

2. Penambahan atau perluasan dengan unsur aposisi. Dua unsur kalimat disebut beraposisi jika kedua unsur itu sederajat dan punya acuan yang sama.

Contoh: Ir. Soekarno, Presiden Indonesia pertama adalah tokoh pendiri gerakan Non Blok.

b. Kalimat juga dapat mengalami pengingkaran yaitu dengan penambahan-penambahan kata ingkaran pada kalimat. Seperti kata tidak, bukan, jangan, belum.

2 komentar: